Minggu, 05 Oktober 2008

Sholat kafaroh di jum'at terakhir bulan Romadlon

Ada beberapa riwayat tentang fadlilah hari Jum’at, baik yang terakhir bulan Ramadhan, atau tidak, dan yang ada kaitannya dengan penebusan sholat yang ditinggalkan tetapi menurut imam-imam pakar hadist, kebanyakan hadist maudlu’ alias palsu. Hadist maudlu’ masuk tingkatan hadist dlaif (lemah) yang paling lemah dan dapat dikatakan palsu, karena diyakini itu buatan orang yang yang kemudian diklaim dari Rasulullah s.a.w.

Di antara riwayat-riwayat tersebut adalah sbb:
1. Hadist riwayat Dzahabi dan kitab Ahadits Mukhtarah:
وبإسناد مظلم عن أحمد بن عبيد الله النهرواني ثنا أبو عاصم ثنا الأوزاعي عن يحيى عن أبي سلمة عن أم سلمة قالت دخل شاب فقال يا رسول الله إني أضعت صلاتي فما حيلتي قال حيلتك بعد ما تبت أن تصلي ليلة الجمعة ثمان ركعات تقرأ في كل ركعة خمسة وعشرين مرة (قل هو الله أحد) فإذا فرغت فقل ألف مرة صلى الله على محمد فإن ذلك كفارة لك ولو تركت صلاة مائتي سنة وكتب لك بكل ركعة عبادة سنة ومدينة في الجنة وبكل آية ألف حوراء وتراني في المنام ن ليلته الحديث وهكذا فليكن الحديث الموضوع ( 8 أ ) وإلا فلا. أحاديث مختارة ج:1 ص:107

Dari Ummi Salamah: datang seorang pemuda kepada Rasulullah bertanya “Wahai Rasulullah s.a.w. aku telah menelantarkan sholatku, apa yang dapat aku lakukan?”. Rasulullah s.a.w. menjawab “Hendaknya kamu sholat pada malam Jumat delapan rakaat, setiap rakaat membaca Qul Huallaahu Ahad sebanyak 25 kali, lalu setelah sholat bacalah Shallallahu Ala Muhammad sebanya 1000 kali, maka itu akan menebus sholat-sholatmu yang kau tinggalkan walaupun dua ratus tahun danAllah akan mencatat setiap rakaatnya seperti ibadah setahun dan menjanjikan sorga, dan setiap ayat seribu bidadari dan akan melihatku dalam mimpi pada malam itu”. Dzahabi mengatakan ini hadist maudlu.

2. Kanawi dalam kitab Athaar Marfuuah fil Akhbar al-maudlu’ah meriwayatkan hadist tentang qadla tahunan pada bulan Ramadhan.
حديث من قضى صلوات من الفرائض في أخر جمعة من رمضان كان ذلك جابرا لكل صلاة فائتة من عمره إلى سبعين سنة
“Barang siapa mengqadla sholat-sholat fardlu yang ditinggalkannya pada Jumat terakhir bulan Ramadhan, maka itu menjadi penebus dari sholat-sholat yang ditinggalkannya selama hidupnya hingga 70 tahun”
Kunawi lalu menegaskan:
Ali al-Qari dalam kitab Maudlu’at Shughra dan Kubra mengatakan ini hadist batal secara pasti sebab bertentangan dengan ijma’ (konsensus) bahwa satu ibadah tidak akan bisa mengganti ibadah-ibadah lain yang lewat, apalagi sampai bertahun-tahun. Hadist tersebut dirwayatkan oleh pensyarah kitan Nihayah, mereka itu bukan ahli hadist maka meraka juga tidak menyebutkan sanadnya yang lengkap.
Imam Dahlawi mengatakan dalam kitabnya Ujalah Nafi’ah, menyebutkan bahwa hadist qadla tahunan ini bertentangan dengan hukum syariat.

3. Imam Shaukani dalam kitab al-Fawaid al-Majmu’ah fil Ahadits al-Maudlu’ah mengatakan: Hadits (artinya) Barangsiapa sholat di Jumat terakhir bulan Ramadhan lima sholat fardlu selama sehari semalam, maka ia telah mengqadla semua sholat yang ditinggalkannya selama setahun, ini maudlu’ tidak maragukan lagi. Saya tidak menemukan dalam kitab-kitab hadist maudlu’ tapi ini populer di kalangan ulama-ulama kota San’a pada masa ini, maka banyak yang melakukannya. Saya tidak tahu siapa yang pertama kali membuat hadist maudlu’ ini, mudah-mudahan Allah memburukkan orang-orang pemalsu hadist.

4. Dalam kitab Fatawa Syabakah al-Islamiyah, nomor fatwa: 64749 disebutkan redaksi yang sama dengan redaksi selebaran, yaitu:
النية نويت أن أصلي أربع ركعات كفارة لما فاتني، ما صحة هذا، فائدة من المجموعة المباركة في كفارة من فاتته صلاة في عمره عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: من فاتته صلاة في عمره ولم يحصها، فليقم في آخر جمعة من رمضان ويصلي أربع ركعات بتشهد واحد، يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب وسورة القدر 15 مرة وسورة الكوثر كذلك، ويقول في النية نويت أن أصلي أربع ركعات كفارة لما فاتني من الصلاة، وقال أبو بكر سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: هي كفارة أربعمائة سنة، حتى قال علي كرم الله وجهه هي كفارة ألف سنة، قالوا: يا رسول الله، ابن آدم يعيش ستين سنة أو مائة سنة، فلمن تكون الصلاة الزائدة؟ قال: تكون لأبويه وزوجته وأولاده فأقاربه وأهل البلد، فإذا فرغ من الصلاة صلى على النبي صلى الله عليه وسلم مائة مرة بأي صيغة كانت ثم يدعو بهذا الدعاء ثلاث مرات وهو هذا: اللهم يا من لا تنفعك طاعتي ولا تضرك معصيتي، تقبل مني ما لا ينفعك واغفر لي ما لا يضرك يا من إذا أوعد وفى وإذا توعد تجاوز وعفا، أغفر لعبد ظلم نفسه، وأسألك اللهم إني أعوذ بك من بطر الغنى وجهد الفقر إلهي خلقتني ولم أك شيئاً ورزقتني ولم أك شيئاً، وارتكبت المعاصي فإني مقر لك بذنوبي فإن عفوت عني فلا ينقص ما ملك شيئاً وإن عذبتني فلا يزيد في سلطانك شيئاً، إلهي أنت تجد من تعذبه غيري وأنا لا أجد من يرحمني غيرك، اغفر لي ما بيني وبينك واغفر لي ما بيني وبين خلقك يا أرحم الرحمين، ويا رجاء السائلين ويا أمان الخائفين ارحمني برحمتك الواسعة أنت أرحم الراحمين يا رب العالمين، اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات وتابع بيننا وبينهم بالخيرات، رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً آمين. وبالله التوفيق؟

Mayoritas ulama yang mengkaji masalah القضاء العمري atau qadla seumur hidup mengambil kesimpulan bahwa hadist tentang itu palsu karena bertentangan dengan ketentuan syariat mengenai masalah qadla dan tidak diriwayatkan dalam kitab-kitab hadist populer. Indikasi kedua adalah karena hadist tadi mengandung unsur-unsur berlebih-lebihan yang tidak masuk akal. Hadist tersebut juga merangsang orang meninggalkan sholat secara sengaja karena mereka dapat beranggapan dengan melakukan sholat sekali sebanyak 4 rakaat saja dapat menghapus semua dosa meninggalkan sholat.
Al-Dimasyqi dalam kitab al-Manaarul Muniif fis Sahih wal Dlaif menyebutkan bahwa di antara tanda-tanda hadist dlaif, adalah hadist tersebut menyebutkan imbalan pahala yang berlebihan atas amal yang kecil atau menyebutkan siksa yang berlebihan atas kesalahan dan dosa kecil. Kalau kita amati isi hadist yang ada dalam selebaran tersebut, maka termasuk dalam ketegori ini.
Pengkultusan Jumat terakhir bulan Ramadhan ternyata juga didapati pada sebagian besar masyarakat muslim Pakistan. Mereka menyebutnya Jumah Wida’ atau Jumat terkhir bulan Ramadhan. Biasanya pada Jumat itu masyarakat berbondong-bondong ke masjid untuk sholat Jumat Wida dan ikut berdoa bersama imam. Masjid-masjid yang biasanya tidak penuh jamaah, maka pada Jumat Wida’ dipenuhi oleh jamaah.

Kesimpulan
1. Sholat Kiffarah dan menghususkan Jumat terakhir bulan Ramadhan dengan amalan sholat untuk menebus dosa sholat yang ditiggalkan, tidak ada landasan dalil yang kuat. Semua hadist yang ada sangat lemah atau bahkan maudlu’ alias palsu sebagaimana dijelaskan oleh para ulama hadist.
Mayoritas Ulama hadist dan fiqih mengatakan hanya boleh mengamalkan hadist dlaif untuk fadlailul a’mal (keutamaan amal) dengan syarat-syarat dan ketentuan sbb:

• Hadist tersebut tidak sangat lemah.
• Isi hadist tersebut mengacu kepada ketentuan agama yang ada. Misalnya ada hadist dlaif tentang keutamaan sholat malam, ini diterima karena banyak dalil menyebutkan sholat malam. Hadist Jumat terakhir bulan Ramadhan tidak mempunyai landasan pendukung dari ibadah lainnya.
• Tidak boleh meyakini bahwa itu hadist benar-benar dari Rasulullah, tapi cukup demi alasan hati-hati. Artinya berpandangan bahwa jangan-jangan itu memang benar dari Rasulullah s.a.w. (Taisir Mustolah Hadist: Ibnu Solah: 34).

Hadist sholat kaffarah sangat lemah dan bahkan palsu, sehingga masuk kategori yang tidak boleh diamalkan.

2. Lebih baik melaksanakan sholat-sholat sunnah yang jelas kuat dalilnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, seperti melaksanakan sholat tasbih, sholat taubah atau sholat qiyamullail. Pahala dari sholat-sholat tersebut lebih terjamin dengan riwayat-riwayat yang kuat dan sahih.
3. Adapun redaksi doa yang disebutkan dalam hadist tersebut, arti dan maknanya bagus maka boleh digunakan untuk berdoa kapan saja waktunya, tidak khusus untuk Jumat terakhir bulan Ramadhan.
4. Mereka yang pernah meninggalkan sholat atau mempunyai hutang sholat, tidak gugur tanggungannya dengan melaksanakan sholat kiffarah. Sesuai yang disebutkan dalam kitab-kitab fiqih, mereka harus mengqadla sholat yang ditinggalkan sesuai jumlahnya. Kalau tidak ingat jumlahnya, maka ia wajib meng-qadla sholat yang ditinggalkan sampai taraf mendekati yakin jumlahnya.
Demikian wallahu a’lam bissowab